/* bottom

Senin, 21 November 2011

BSM : Dikpora Tunggu Umpan Balik


Dinas Dikpora Prov. DIY - Persoalan kemiskinan seolah tidak pernah tuntas di bidang pendidikan. Perbedaan kriteria "tidak mampu" menurut tempat tinggal dan sekolah sering menjadi tanda tanya. Untuk itu dalam Bimtek untuk Bantuan Siswa Miskin (BSM) jenjang Pendidikan Menengah (14/11) Kadinas Disdikpora Prov.DIY, Drs.K. Baskara Aji, secara langsung memberikan penegasan.

Kegiatan Bimtek yang diselenggarakan selama dua hari (14-15 November) di hotel Brongto dihadiri oleh 191 Kepala Sekolah SMK se-DIY. Dengan narasumber dari Dirjen Pembinaan SMK serta Disdikpora.
Kadinas mengharapkan dengan adanya acara ini para peserta memiliki umpan balik, berupa pendataan jumlah siswa yang mestinya berhak tapi belum mendapatkan beasiswa."Standarnya bukan dari kartu miskin tapi surat keterangan tidak mampu dari pak lurah/pak dukuh", ujar Aji.
Menyikapi banyaknya keluhan akses beasiswa, Baskara Aji menyatukan langkah dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk penggunaan APBN dan APBD tahun 2012 mendatang, "Untuk mempersiapkannya, mulai sekarang Kepengurusannya akan tersistem, Sekolah membuat daftar nama siswa kurang mampu diurutkan kemudian dirembug dengan Kabupaten, sisanya diselesaikan Provinsi".
Bantuan Ujian Kompetensi menjadi wacana yang akan dibahas bersama para wakil Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, berdasarkan survey bahwasannya para siswa SMK secara mandiri membayar biaya kompetensi sejumlah Rp.300.000 - Rp.600.000 sesuai dengan jurusan yang diampu.
Drs. K. Baskara Aji secara terbuka menghimbau pada seluruh Kepsek SMK agar tidak mengejar gengsi dalam menempatkan magang siswanya, "Dari hasil penelitian yang saya kumpulkan, tak jarang magang di perusahaan besar malah tidak menguasai ilmunya karena sudah terstruktur, sehingga ketika sudah lulus tidak memiliki bekal. Berbeda dengan jurusan otomotif misalnya, magang di bengkel kecil, tapi secara pengalaman lebih maju".
Senada dengan pendapat Kepala Sekolah SMK Sanjaya Pakem, yang memilih tempat magang sederhana karena terbatasnya instansi disana, namun justru maksimal bekerja dan tidak menghasilkan pengangguran karena sesuai dengan pengalaman kerja yang diharapkan.
Dengan kondisi demikian, menjadi PR besar bagi penggiat SMK untuk meraih target DIY dengan 80% lulusan SMK tahun pertama yang memasuki dunia kerja, sementara sisanya melanjutkan kuliah. (dt)

0 komentar:

Posting Komentar